Sabtu, 15 Agustus 2015

Dampak Limbah Baterai Bekas terhadap Lingkungan, Solusi untuk Menanggulanginya, dan Inovasi Baterai Ramah Lingkungan

Tugas Pra-APMB Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

Tema: 
Solusi dan Inovasi Permasalahan Lingkungan yang berkaitan dengan Ilmu Keteknikan



Pengertian Baterai
Mendengar kata 'baterai', hal pertama yang terlintas di benak kita adalah sebuah benda penyimpan energi dalam bentuk kimiawi yang mengeluarkannya dalam bentuk aliran listrik. Ya, dewasa ini penggunaan baterai sangat banyak kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Berbagai macam perangkat seperti laptop, tablet, mobil mainan, dan lainnya mengandalkan baterai sebagai sumber energi. Kehidupan modern seolah tak bisa dilepaskan dari penggunaan baterai dari segala bentuk dan ukuran. Mulai dari baterai praktis (bisa dibawa kemana-mana) yang biasa kita gunakan pada ponsel, sampai dengan baterai yang mampu menyimpan energi dalam skala besar, yang biasanya digunakan pada industri-industri tertentu.
Hal yang paling banyak diketahui masyarakat awam adalah kutub positif-negatif baterai yang digunakan untuk mengalirkan energi listrik yang tersimpan dari dalamnya. Secara umum, sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting, di antaranya:
1. Batang karbon yang digunakan sebagai katoda (kutub positif)
2. Seng (Zn), digunakan sebagai anoda (kutub negatif)
3. Pasta sebagai elektrolit (penghantar aliran listrik)

Jenis baterai
Berdasarkan kemampuannya, baterai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
• baterai Primer yaitu baterai yang hanya digunakan satu kali, dan setelah habis tidak dapat diisi ulang. Contoh baterai ini adalah baterai arloji (jam tangan).
• baterai Sekunder yaitu baterai yang bisa digunakan berkali kali dengan mengisi kembali muatannya, apabila telah habis energinya setelah dipakai. Contohnya seperti yang biasa terdapat pada telepon genggam.
      
Sejarah pekembangan baterai
Alessandro Volta, seorang fisikawan Italia, adalah orang pertama yang menemukan baterai pada tahun 1800. Berikut akan disajikan sejarah perkembangan baterai dari masa ke masa:
1748 – Istilah ‘baterai’ mulai dikenal setelah Benjamin Franklin mendefinisikannya sebagai susunan pelat kaca yang diberi arus.

1780 s/d 1786 – Teori bahwa aliran listrik terdapat di sel-sel hewan dikemukakan oleh Luigi Galvani, yang menyediakan landasan bagi ilmuwan lain untuk penelitian lebih lanjut.

1800 – Alessandro Volta menemukan tumpukan volta, yang merupakan baterai pertama yang menghasilkan arus listrik konsisten.

1836 – Sel Daniel diciptakan oleh John Daniel, yang terdiri dari seng dan elektrolit tembaga dan dianggap jauh lebih aman daripada baterai yang ditemukan oleh Volta.

1839 – Sel bahan bakar pertama diciptakan oleh William Grove, yang menghasilkan arus listrik dengan menyatukan oksigen dan hidrogen.

1839 s/d 1842 – Berbagai ilmuwan dan penemu banyak melakukan penyempurnaan terhadap baterai dengan menggunakan elektroda cair untuk menghasilkan listrik.

1859 – Baterai timbal-asam (aki) yang bisa diisi ulang diciptakan oleh penemu Perancis, Gaston Plante. Mobil dan kendaraan bermotor lain masih menggunanakan aki hingga kini.

1866 – Baterai karbon-seng dipatenkan oleh seorang Prancis bernama Georges Leclanche.

1881 – Baterai pertama yang memiliki elektroda negatif dan pot berpori dalam wadah seng ditemukan dan dipatenkan oleh JA Thiebaut.

1881 – Baterai sel kering pertama ditemukan oleh Carl Gassener. Penemuan ini juga menuai sukses secara komersial.

1899 – Baterai nikel-kadmium, yang juga dapat diisi ulang, ditemukan oleh Waldmar Jungner.

1901 – Baterai alkaline ditemukan oleh Thomas Edison.

1949 – Baterai alkaline kecil diciptakan oleh Lew Urry.

1954 – Baterai surya pertama diciptakan oleh Calvin Fuller, Daryl Chapin, dan Gerald Pearson.



Permasalahan lingkungan akibat membuang baterai bekas secara sembarangan


Sesuai hakikatnya, baterai sebagai barang konsumsi energinya pasti akan berkurang dan pada akhirnya akan habis. Baterai yang telah habis dipakai menjadi tidak berguna lagi. Menyikapi hal ini, apakah yang sebaiknya yang dilakukan terhadap baterai bekas tersebut? Lantas apa hubungannya permasalahan lingkungan dengan baterai bekas pakai? Berikut ulasannya.

Hampir setiap orang akan membuang baterai bekas ke tempat sampah. Baterai bekas adalah limbah yang sangat berbahaya yang sebenarnya tidak boleh dibuang sembarangan. Semua jenis baterai bekas seperti baterai remot, mainan, jam tangan, telepon seluler, kamera digital maupun baterai yang bisa di-charge (rechargeable) termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Bila dibuang sembarangan atau tidak didaur ulang, maka kandungan logam berat dan zat-zat berbahaya lain yang ada di baterai dapat mencemari air dan tanah, yang pada akhirnya membahayakan tubuh manusia. 
Inilah masalah sepele yang jika tidak ditanggapi secara cepat dan tepat akan menjadi permasalahan lingkungan yang serius.


Pakar lingkungan Dr. R. Budi Haryanto mengaku wajar jika masyarakat banyak yang tidak tahu cara membuang baterai bekas yang aman. Karena memang selama ini juga tidak pernah ada sosialisasi bagaimana memperlakukan jenis-jenis sampah.

Menurutnya, sangat sulit untuk menyadarkan masyarakat bagaimana membuang limbah yang berbahaya jika pemerintah juga tidak memberikan contoh.

"Hampir semua orang tidak aware karena mereka tidak tahu bahayanya, jadi baterai bekas di buang begitu saja," ujar Dr. R. Budi Haryanto selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, Kamis (17/3/2011).

Dr. Budi menuturkan salah satu kuncinya adalah melakukan sosialisasi mengenai masalah hal ini kepada masyarakat bahwa baterai bekas itu berbahaya sehingga penanganannya lebih efektif. Kalau tidak disosialisasi maka masyarakat tidak akan tahu dan tidak mengelola limbah tersebut dengan baik.


Baterai mengandung berbagai macam logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, nikel, lithium dan kadmium. Jika baterai ini dibuang sembarangan maka logam berat yang terkandung di dalamnya akan mencemari air tanah penduduk dan membahayakan kesehatan.

Dr.  Budi mengungkapkan jika air yang tercemar logam berat ini digunakan oleh masyarakat bisa menyebabkan penyakit kronis yang nantinya menimbulkan gangguan di sistem saraf pusat, ginjal, sistem reproduksi dan bahkan kanker.
"Efek yang muncul adalah jangka panjang. Dan biasanya masyarakat baru akan lebih peduli jika efek yang muncul itu dalam jangka waktu dekat," ungkap dosen FKM yang lahir di Malang 51 tahun lalu.

Limbah baterai tidak hanya menyebabkan polusi tetapi juga membahayakan sumber daya alam karena mengandung logam berat dan elektrolit korosif yang menjadi sumber daya baterai, seperti timah, merkuri, nikel, kadmium, lithium, perak, seng dan mangan.


Dalam aksi mikroorganisme, merkuri anorganik bisa diubah menjadi methyl-mercury, berkumpul dalam tubuh ikan yang kemudian dikonsumsi manusia. Methyl-mercury dapat memasuki sel-sel otak dan berdampak serius seperti merusak sistem saraf yang bisa membuat orang menjadi gila atau bahkan menyebabkan kematian.

Sedangkan kadmium baterai dapat mengkontaminasi tanah dan air, yang akhirnya masuk ke tubuh manusia menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, juga dapat menyebabkan tulang lunak atau kecacatan tulang berat.

Selain itu, kadmium dapat menyebabkan keracunan kronis dan menjadi faktor menyebabkan emfisema (penyakit paru-paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung udara di paru-paru), osteomalasia (pelunakan tulang), anemia (kurang darah), juga membuat kelumpuhan pada tubuh manusia.

Ekskresi timbal juga paling sulit di dalam tubuh manusia dan dapat mengganggu fungsi ginjal dan fungsi reproduksi.

Jika limbah baterai dicampur dengan limbah padat lainnya, dari waktu ke waktu kandungan berbahaya didalamnya dapat mencemari air dan tanah, yang kemudian mengancam kehidupan ikan, tanaman, perusakan lingkungan dan secara tidak langsung mengancam kesehatan manusia.




Solusi menanggulangi limbah baterai: mengelola sampah baterai bekas
Teknologi yang ada adalah limbah B3 akan ditimbun di dalam tanah yang sudah mengandung bahan-bahan kimia lain untuk dinetralisir dan juga dihancurkan agar tidak mencemari lingkungan. Karena ini masalah yang kompleks, maka dari itu mengatasi limbah B3 ini, semua orang harus aware terlebih dahulu, baik dari masyarakat, pengelola sampah dan juga pemerintah. Seharusnya limbah baterai bekas ini dikelola secara khusus dan terpisah dari sampah-sampah lainnya. Biasanya hanya orang yang betul-betul sadar yang melakukan hal ini.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengurangi dampak buruk dari pencemaran limbah baterai bekas: 





  • Masyarakat harus disosialisasikan terlebih dahulu mengenai bahaya dari limbah B3 bagi kesehatan
  • Mulailah untuk memisahkan limbah berbahaya seperti baterai bekas di rumah dengan menaruhnya di dalam plastik khusus dan terpisah dengan sampah lainnya
  • Kumpulkan semua limbah bahan berbahaya di dalam tempat tertentu, misalnya di setiap satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung sementara limbah berbahaya
  • Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah memiliki kesadaran untuk tidak mencampur limbah berbahaya dengan sampah lainnya
  • Setelah itu limbah B3 ini akan dikirimkan ke tempat pengelola limbah B3 yang sudah memenuhi standar.


  • Inovasi baterai ramah lingkungan dari bubuk kopi: Nespresso Capsules

    Kopi seperti yang kita tahu adalah minuman yang cukup banyak diminati. Indonesia sendiri adalah negara penghasil kopi yang kualitasnya tidak diragukan lagi oleh negara-negara Eropa; sedemikian hingga mereka mempercayakan negara kita utuk mengekspor biji kopi yang kemudian akan diolah menjadi berbagai kopi siap minum dengan berbagai merek. Bahkan beberapa diantaranya dijual dengan harga yang fantastis. Tapi tahukah anda bahan minuman ini di-multifungsi-kan sebagai bahan pembuatan baterai? Menyimpang dari hakikatnya, bagaimana mungkin energi listrik dapat mengalir dari baterai berbahan organik, seperti halnya kopi ini? Berikut ulasannya.

    Bagi kebanyakan orang yang bekerja dan dituntut harus untuk tetap stand by dari pagi, siang, sore, dan malam, kopi merupakan suatu asupan yang tidak boleh dilewatkan. Kandungan kafein yang terdapat dalam kopi terkenal dapat menambah tingkat konsentrasi dan sebagai obat anti ngantuk saat bekerja. Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berfungsi meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis yang berupa peningkatan energi. Maka dari itu kopi tidak pernah bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari kita.

    Selain berguna dalam bentuk minuman, ternyata ampas kopi yang tersisa dari hasil seduhan berguna dalam menghasilkan energi.. Perkembangan teknologi yang mengedepankan energi alternatif semakin banyak dikembangkan. Salah satunya teknologi yang teranyar saat ini ialah Nespresso Capsules, yaitu sebuah baterai hemat energi yang menggunakan kopi sebagai bahan dasarnya. Ide penemuan baterai ramah lingkungan ini pertama kali digagas oleh Mischer Traxler.

    Pembuatan teknologi alternatif untuk energi ini saat ini sedang dikembangkan dan diteliti lebih lanjut agar dapat digunakan secara luas. Hal ini menggembirakan tentunya, lagi-lagi terobosan energi alternatif yang ramah lingkungan kembali ditemukan. Kopi yang sejatinya sebagai bahan pangan dalam kehidupan sehari-hari manusia, ternyata dapat digunakan untuk kepentingan penambahan energi alternatif

    Struktur sumber energi alternatif ini terdiri dari kapsul alumunium, dengan strip tembaga, air garam, dan tentunya bubuk kopi. Prinsip kerja baterai ini pun cukup sederhana, alumunium berfungsi sebagai anoda, kemudian tembaga sebagai katoda, sedangkan air garam berfungsi sebagai elektrolit. Bisa dikatakan proses kimia dalam baterai ini mirip dengan cara kerja baterai mobil. Dalam proses kimia yang cukup sederhana tersebut, setiap baterai mampu menghasilkan energi listrik sebesar 1,5 – 1,7 Volt, setara dengan baterai ukuran AA yang sering kita gunakan. Sehingga kelak baterai hemat energi ini diharapkan mampu menggantikan baterai standar.



    Baterai bertenaga kopi ini sudah diuji penggunaannya dalam Venice Design Week, di mana 700 baterai kopi ini mampu memberi tenaga bagi jam di festival teknologi tersebut. Saat ini, kinerja baterai ini tengah dalam pengembangan. Harapannya, kelak baterai ini juga bisa menggantikan sistem baterai yang lebih rumit seperti yang digunakan produk-produk teknologi informasi, diantaranya baterai laptop maupun baterai ponsel.

    Sudah barang tentu jika penemuan teknologi ini sangat menggembirakan, mengingat sumber energi dari baterai konvensional yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari sangat berbahaya bagi lingkungan apabila tidak didaur ulang. Kandungan batu baterai yang terdiri dari berbagai macam logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, nikel, lithium dan kadmium; yang tentu saja dapat mencemari air tanah pada lingkungan yang berakibat pada gangguan kesehatan khalayak seperti penyakit kronis yang nantinya menimbulkan gangguan di sistem saraf pusat, ginjal, sistem reproduksi dan bahkan kanker. Mengingat memang kurangnya sosialisasi jenis-jenis sampah dari pemerintah ke masyarakat hal ini wajar apabila tidak diketahui masyarakat kebanyakan.

    Nespresso Capsules ialah sumber energi alternatif yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Penggunaan bubuk kopi sebagai bahan pembuatan baterai merupakan suatu ide yang mungkin tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Ternyata dari secangkir kopi yang kita minum bisa menyalakan ponsel kita.

    Demikianlah artikel yang dapat saya tulis, semoga dapat bermanfaat untuk pembaca. Terima kasih.






    Sumber referensi penulisan artikel:
    http://health.detik.com/read/2011/03/17/134452/1594162/775/banyak-yang-tidak-tahu-bahaya-buang-baterai-bekas
    http://www.lintas.me/go/sdidik48.blogspot.com/cara-membuat-baterai-hemat-energi-dari-secangkir-kopi